KOLONIALISME DAN KEKALAHAN DALAM PERANG MAKASSAR SEBAGAI MITOS DALAM KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES
DOI:
https://doi.org/10.53625/joel.v1i5.872Keywords:
Sejarah, Perang, Kolonialisme, Semiotika, Roland BarthesAbstract
Tulisan ini mengkaji bagaimana perang menjadi gerbang raya bagi kolonialisme untuk masuk ke dataran Sulawesi Selatan dan terciptanya mitos di masyarakat terkait perang tersebut. Selama sekian tahun, Kerajaan Gowa menjadi penguasa tunggal setelah menginvasi beberapa kerajaan di sekitarnya. Namun Perang Makassar yang berakhir pada tahun 1667 mengubah peta kekuasaan tersebut. Vereenigde Oostindische Compagnie dan Kerajaan Bone yang menjadi pemenang memaksa Kerajaan Gowa menyetujui setiap butir dari Perjanjian Bungaya. Kekalahan Kerajaan Gowa tersebut berdampak pada bagaimana masyarakat membaca kebudayaan dan bagaimana kebudayaan membaca mereka. Tragedi perang dan perjanjian tersebut selama ini lebih banyak dikaji melalui perspektif penulisan sejarah. Dalam upaya penulisan sejarah, terdapat berbagai pola yang membentuknya. Namun, sering kali yang ditemukan di masyarakat bukan hanya sejarah yang bersumber dari teks, beberapa bersumber dari lisan dan ada pula yang berusaha menghubungkan lisan dan teks sejarah. Dari proses semacam itu, kehadiran mitos tidak dapat dihindari. Mitos tumbuh dalam masyarakat dan turut mempengaruhi hadirnya makna baru bagi masyarakat. Efek dari itu semua adalah menciptakan segregasi sosial dalam masyarakat.
References
Carr, Hallet Edward. 1961. What is History. Inggris: University of Cambridge & Penguin Books.
Andaya Leonard. 1981. Warisan Arung Palakka. Makassar: Penerbit Ininnawa.
Pelras Cristian. 2006. Manusia Bugis. Jakarta