ANALISIS KUANTIFIKASI AIR YANG TERSEDIA DI PANTAI UNTUK PENGEMBANGAN TAMBAK MARJINAL DAN TERLANTAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN PINRANG

Authors

  • Firmansyah Putra Universitas Pohuwato

Keywords:

Quantification Of Water, Pond Marginal, Assimilation

Abstract

Usaha potensial. Mengingat lingkungan perairan pantai atau pesisir merupakan perairan yang sangat produktif, maka panjang pantai Indonesia merupakan potensi sumbaerdaya alam (hayati) yang besar untuk pembangunan ekonomi di negara ini. Kebutuhan air tambak menjadi hambatan yang dihadapi oleh para petani tambak baik kualitas maupun kuantitas air tambak. Prasarana yang telah dibangun tidak terawat dengan baik, menyebabkan tidak lancarnya pergantian air payau pada petakan tambak. Hal ini menjadi salah satu penyebab hasil produksi usaha budidaya rendah produksi atau tidak tercapai. Penelitian ini merupakan deskriptif eksploratif dimana stasiun pengamatan ditentukan melalui purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan penentuan stasiun penelitian yang dilakukan dengan cara random di daerah penelitian, serta pengujian kualitas air baik uji in situ maupun uji laboratorium. Pengamatan dan pengambilan data lapangan dilakukan selama periode pasca pengamatan dan pasut. Setiap lokasi titik pengambilan sampel dicatat dengan alat penentuan posisi geografis (GPS). Metode analisis menggunakan analisis asimilasi perairan tambak yang meliputi kuantifikasi volume air pada saat pasang dan surut serta kuantifikasi limbah budidaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan ketersediaan air di pantai untuk budidaya tambak udang dan ikan yang dapat memuat air dari pantai hingga budidaya udang dan ikan dengan ketinggian air 70 cm ha-1 yang banyak diterapkan pada pertanian tradisional dengan ketersediaan air di pantai untuk Desa Lotang Salo seluas 450,685 ha, Desa Wiringtasi seluas 955,49 ha, dan Desa Tasiwalie seluas 512,91 ha. Sedangkan tinggi muka air 1 m pada aplikasi tambak semi intensif dan intensif dengan ketersediaan air di pantai hingga desa Lotang salo seluas 315,47 ha, desa Wiringtasi seluas 668,84 ha, dan desa Tasiwalie seluas 359,04 ha. Kegiatan budidaya intensif di Desa Tasiwalie menghasilkan limbah organik sekitar 798 kg ha-1 TSS dengan kapasitas asimilasi air untuk menguraikan limbah organik dari kegiatan budidaya sebesar 412.898 kg, Desa Wiringtasi TSS 756 kg ha-1 dengan kapasitas asimilasi air untuk menguraikan limbah organik dari kegiatan budidaya sebesar 117.047,7 kg, sedangkan untuk Desa Salo Lotang belum menerapkan budidaya tambak intensif, dan lingkungan laut hanya mampu mendukung pengembangan usahatani intensif teknologi hingga Desa Tasiwalie seluas 517,41 ha dengan produksi sebesar 1,29 ton udang optimal MT-1, untuk Desa Wiringtasi seluas 154,82 ha dengan produksi udang optimal 1,22 ton MT-1.

References

Amri.K, 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Agromedia Pustaka Tangerang.

Anwar, A., 2001. Usaha Membangun asset-aset Alami dan lingkungan Hidup pada umumnya Diharapkan Dapat Memperbaiki Kehidupan Ekonomi Masyarakat Kearah Berkelanjutan.Makalah Disampaikan pada Diskusi Serial di LATIN, Bogor, 15 Agustus 2001, Tidak Dipublikasikan.

Asbar., 2007. Optimalisasi Pemanfaatan kawasan Pesisir untuk Pengembangan Budidaya Tambak berkelanjutan di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan.

Asbar, 2013.Dinamika Lingkungan Pesisir dan Laut. Materi Kuliah PS-MPTK, UMI. Tidak dipublikasikan.

Asbar, dan M. H. Fattah., 2012.Model Pengembangan Teknologi Produksi Tambak Marjinal dan Terlantar pada Sentra Produksi Udang Windu (Penaeus monodon) di Sulawesi Selatan. Usul Penelitian. Penelitian Tim Pascasarjana. Universitas Muslim Indonesia.Makassar.

Asdak, C. 2002.Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.GadjamadaUniversity : Jogjakarta. 618 hal.

Bengen, D.G., 1998. Sinopsis: Analisis Statistik Multi variabel/multi dimensi. Program Pascasarjana IPB, Bogor. 95 p.

Badan Pusat Statistik. Kabupaten Pinrang. 2013. Kabupaten Pinrang dalam Angka.BPS Statistik Kabupaten Pinrang.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 328P.

Danar,A. 2004. Musim Hujan Dan Eutrofikasi Perairan Pesisir. http://cac. Eng.Ui.ac.id / article / articleprint / 2660 / 1 / 25 /

Fattah, M.H, Asbar, M. Kasnir 2008. Perencanaan kawasan dan bisnis perikanan terpadu Provinsi Sulawesi Selatan.Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

Fattah, M. H, Saenong, M. 2012. Profil Pengembangan Kawasan Minapolitan Percontohan Kabupaten Pinrang. Dinas Kelautan dan Perikanan. Kabupaten Pinrang. Fakultas Perikanan dan Kelautan.Universitas Muslim Indonesia.65 hal.

Fattah, 2014.Hasil diskusi pada saat asistensi.

FAO/NACA/UNEP/WB/WWF, 2006.International Principles for Responsible Shrimp Farming.(Prinsip-prinsip Internasional Usaha Tambak Budidaya Udang yang Bertanggugjawab.Diterjemahkan oleh Bambang Tiyatmo).Network of Aquaculture Centres in Asia-Pacific (NACA). Bangkok, Thailand. 20p.

Ghufran, M, dan Kordi, H, 2012. Jurus Jitu Pengelolaan Tambak untuk Budi daya Perikanan Ekonomis, Diterbitkan oleh Lily Publisher, 81 hal. Yogyakarta.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka, 2011.Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan, Cetakan Kedua.Gadjah Mada University Press.352 hal.

Kamiso, H.N. 1993. Hasil – hasil Penelitian dan Proyek Penelitian Bioteknologi dalam Mendukung Program Pengembangan Budidaya Perairan, Laporan Penelitian, Forum Komunikasi Hasil Penelitian Bidang Bioteknologi Cisarua. Bogor.

Kent. R. and Poulton C, 2008.Marginal Farmers, A Review of The Literature Centre For Development, Environment and Policy School of Oriental and African Studies. Commissioned by concern Worldwide.

McLean, W.E., Jensen, J.O.T. and Alderdice, D.F., 1993. Oxygen consumption rates and water flow requirements of Pacific salmon (Oncorhynchus spp) in the fish culture environment. Aquaculture, 109:281-313

Mustafa, A., A. Hanafi, dan B. Pantjara, 1998. Pendayagunaan tanah gambut payau untuk budidaya tambak.Prosiding Perkembangan Terakhir Teknologi Budidaya Pantai Untuk Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional.Pus.Pen. Dan Peng. Perikanan Pantai Gondol-Bali Bekerja sama dengan JICA ATA-397. P 227-233.

Nautilus Consultans, 2000. Planning for Coastal Aquacultute Development, A Training Course Handbook. www.nautilus-counsultants.co.uk., Oktober 2000.

Serageldin, I., 1993. Making Development Sustainable : From Concept to Action. The International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank Washington D.C. USA

Soewarno.1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistika untuk Analisis Data. Penerbit “NOVA”. Bandung.

Soewardi, K., 2007a. Pengelolaan Budidaya Tambak Berkelanjutan. Materi Kuliah PS-SPL, IPB. Tidak dipublikasikan.

WCED, 1987. World Commission on Enviroment and Development (ed) Our Common Furture. Oxford University Press. Oxford.

Widigdo, B., 2000. Diperlukan pembakuan criteria eko-biologis untuk menentukan “Potensi Alami” kawasan pesisir untuk budidaya udang.Prosiding. Pelatihan Untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. PKSPL-IPB.Bogor, 21-26 Februari 2000.

Widigdo, B., dan J. Pariwono 2003. Daya Dukung Perairan Pantai Utara Jawa Barat untuk Budidaya Udang (Studi Kasus di Kabupaten Subang, Teluk Jakarta, dan Serang), Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 10 – 17

Widigdo, B., 2003. Permasalahan Dalam Budidaya Udang dan alternative solusinya, Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 18-23.

UURI No.26, 2007.Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.Lembar Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2007 Nomor 68; Tambahan LNRI Nomor 4725

Downloads

Published

2022-02-27

How to Cite

Putra, F. (2022). ANALISIS KUANTIFIKASI AIR YANG TERSEDIA DI PANTAI UNTUK PENGEMBANGAN TAMBAK MARJINAL DAN TERLANTAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN PINRANG. JISOS: JURNAL ILMU SOSIAL, 1(1), 53–62. Retrieved from https://mail.bajangjournal.com/index.php/JISOS/article/view/1649

Issue

Section

Articles