PERLINDUNGAN HUKUM DEBITUR DALAM KEADAAN KEPAILITAN PADA PERIKATAN UTANG PIUTANG
DOI:
https://doi.org/10.53625/jcijurnalcakrawalailmiah.v1i11.2865Keywords:
perlindangan hukum, debitur, kepailitan. UtangAbstract
Penelitian ini penulis guna mengkaji untuk mengetahui Hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain itu sifatnya mengikat, artinya wajib dipenuhi dengan itikad baik, tidak boleh dibatalkan secara sepihak. Orang yang dimaksud dalam hubungan itu dapat berupa manusia pribadi ciptaan Tuhan Yang Maha Esa atau berupa badan hukum ciptaan manusia berdasar pada undang-undang yang berlaku. Dalam suatu perikatan jual beli menurut KUHPerdata apabila seorang debitur atau si pembeli yang berutang tidak dapat memenuhi prestasinya atau dia lalai dalam memenuhi prestasinya disebut Wanprestasi. Kedudukan Debitur yang Wanprestasi dalam KUHPerdata si debitur harus menerima sanksi-sanksi dan akibat hukum yang dilakukannya kepada si berpiutang atau Kreditur. Tetapi Menurut Sistem Hukum Adat apabila si Debitur ia lalai atau melakukan Wanprestasi perikatan jual beli akan berakhir panjer yang telah diberikan debitur Kepada kreditur. Kalau jual belinya jadi dilaksanakan maka panjer itu kembali kepada debitur tetapi kalau tidak jadi, maka hilangla panjer tersebut atau krediturlah yang mendapat keuntungan karena si debitur hanya melakukan panjer dan tidak mampu atau lalai dalam melakukan suatu perikatan jual beli.
References
S. R. Sjahdeni, Sejarah, Asas dan Teori Hukum Kepailitan memahami Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Jakarta: Prenada Media Group, 2018.
Niru Anita Sinaga, “Hukum Kepailitan Dan Permasalahannya Di Indonesia,” J. Ilm. Huk. Dirgant., vol. 7, no. 1, pp. 158–173, 2016.
M. Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.
M. P. Mahmud, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2015.
K. dan G. W. Muljadi, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan. Jakarta: Rajawali Pers, 2003.
L. Mulyadi, Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Teori dan Praktik, Dilengkapi Putusan-putusan Pengadilan Niaga. Bandung: Penerbit PT. Alumni, 2010.
M. Z. Al Mufti, “Tanggung Jawab Kurator dalam Penjualan Harta Pailit di Bawah Harga Pasa,” J. Lex Renaiss., vol. 1, no. 1, 2017.
B. T. E. and K. N. Marpi, Yapiter, Erlangga, “Legal Effective of Putting ‘Business as Usual’ Clause in Agreements,” Int. J. Criminol. Sociol., vol. 10, no. E-ISSN: 1929-4409/21, pp. 58–70, 2021, [Online]. Available: https://doi.org/10.6000/1929-4409.2021.10.09 .
L. F. Nola, “kedudukan konsumen dalam kepailitan,” J. Negara Huk., vol. 8, no. 255–269, 2017.
M. W. Mochammad Cahyo Pamungkas, “Tinjauan Yuridis Tentang Pengaturan Pihak yang Berwenang dalam Mengajukan Permohonan Pailit Bagi Perusahaan Umum,” Novum J. Hukum, vol. 8, no. 1, 2021.
S. R. Sjahdeini, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan: Memahami Undangundang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Jakarta: Penerbit kencana, 2016.
R. Saija, “Penyalahgunaan Keadaan dalam Prosedur Permohonan Pailit di Pengadilan Niaga,” J. SASI, vol. 24, no. 1, 2018.
S. Pramono, Nindyo, Hukum Kepailitan dan Keadilan Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017.
S. H. Karianga, “kedudukan hukum kreditur dan debitur dalam perjanjian jual beli tanah,” Lex Soc., vol. 4, no. 2, pp. 147–153, 2016.
I. Rahmani, “perlindungan hukum kepada pembeli dalam kepailitan pengembang (developer) rumah susun,” J. Huk. Bisnis Bonum Commune, vol. 1, no. 1, pp. 73–88, 2018.