PENINGKATAN KAPASITAS KOMPETENSI BAHASA JEPANG LANJUTAN DAN PROMOSI PARIWISATA PELAKU PARIWISATA DESA MAS, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR, BALI
DOI:
https://doi.org/10.53625/jabdi.v1i4.246Keywords:
pelatihanbahasaJepang, promosi pariwisata, wisata desa MasAbstract
Peningkatan kapasitas kompetensi Bahasa Jepang lanjutan dan promosi wisata Desa Mas bagi para pelaku pariwisata di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar mutlak diperlukan. Kedua aspek ini sangat penting untuk mendukung industri wisata alam, seni dan budaya, khususnya promosi produk kerajinan patung sebagai penunjang pariwisata yang salah satunya sebagai ikon pariwisata di daerah tersebut. Dari pengamatan yang dilakukan masih adanya hambatan-hambatan dalam pengelolaan berbagai potensi wisata, terutama tentang promosi wisata alam, seni budaya dan kebahasan yang dihadapi oleh pelaku pariwisata Desa Mas pada saat berkomunikasi verbal dengan wisatawan asing. Oleh karena itu kemampuan promosi dan komunikasi masyarakat yang masih dasar harus diimbangi dengan kemampuan promosi dan kemampuan bahasa asing, yang lebih mendalam untuk melayani para wisatawan asing tersebut. Dengan meningkatnya kompetensi Bahasa Jepang serta metode promosi pariwisata yang tepat, diharapkan akan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Desa Mas tersebut dalam meningkatkan kualitas layanan kepada pengunjung (customer service) khususnya wisatawan asing dapat mencapai kepuasan pengunjung (customer satisfaction) yang pada gilirannya wisatawan asing akan lebih banyak datang berkunjung sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat
References
Anonim. 2015. Desa Kemenuh, Gianyar, Menuju Desa Pariwisata Berbudaya.
http://infopublik.id/read/79015/desa-kemenuh-gianyar-menuju-desapariwisata-
berbudaya.html
Bachman, L. F., & Palmer, A. S. (2010).Language assessment in practice: Developing language assessments and justifying their usein the real world. Oxford University Press.Canale, M (1983). “From Communicative Competence to Communicative Language Pedagogy”. I J. C. Richard & R.W. Schmidt (Eds), Language and communication (pp.2-27). London: Longman.
Calce-Murcia, Marianne, Z. Dornyei and S. Thurelll. 1995. “communicative competence: a pedagogically motivated model with content specification” Issuses in applied linguistics, 6 (2): 5-35
Canale, M (1983). From communicative competence to communicative language pedagogy. I J. C. Richard & R.W. Schmidt (Eds), language and communication (pp.2-27). London: Longman.
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. (2006). Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi.Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Andi
Hymes, D. (1972). ”On communicative competence”. In: Pride, J. B., Holmes, J. (eds.), Sociolinguistics.armondsworth: Penguin, 269-285.Iori, Isao et al.2001. Nihongo Bunpoo Handobukku. Tookyoo. Surie Netto Waaku
Leech, G. (1983). Principles of pragmatics. London: Longman.Sudarmini, Ni Made. 2017. Model Pengelolaan Objek Wisata Waterfall (Air terjun) Tegunungan Gianyar Untuk Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan (Laporan Penelitiam). Bukit Jimbaran : Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Bali.
Takimoto, M. (2009) The effects of input-based tasks on the development of learners’ pragmatic proficiency. Applied Linguistics,30/1, 1–25.
Widanta, I.M.R.J., et al. 2018. Task-Based Language Teaching: How it is implemented effectively?
Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, cetakan kedua.PT. Pradnya Paramita